
Statemen yang cukup menarik untuk diangkat selama proses seminar proposal untuk kluster Islam Transformatif, Berperspektif Gender dan Sosial Keagamaan kali ini adalah tentang ‘dosa’ penelitian. Hal itu dilatari oleh sebuah pertanyaan bahwa setelah dilakukan penelitian, muncul pertanyaan ‘What Next?’. Pertanyaan ‘what next’ seperti itu akan dapat menghadirkan judul penelitian yang lebih berkualitas, karena seorang peneliti harus memikirkan tindakan apa selanjutnya. “Selama ini, penelitian kita untuk dinikmati diri kita sendiri, mulai dari proses sampai hasil. Dari kita, oleh kita dan untuk kita. Ujung-ujungnya untuk pemenuhan Beban Kerja Dosen,” ujar Dr. Mamat S Burhanuddin, Kasubdit Penelitian pada saat menyampaikan arahannya yang diikuti dengan ketawa khasnya. Maksudnya adalah bahwa seorang dosen melakukan penelitian hanya untuk kepentingan diri peneliti, disimpan olehnya dan dibaca olehnya juga. “Kondisi yang seperti ini harus diakhiri, penelitian harus ditingkatkan mutunya,” tegasnya di hadapan peserta yang merupakan para dosen yang menjadi nominator penerima dana bantuan tahun ini.
Di kesempatan lain, Anas Saidi menjelaskan bahwa para peneliti melakukan penelitian dan menjadi besar dan terkenal karena penelitiannya, tapi masyarakat yang ditelitinya tidak mengalami perubahan ‘nasib’. “Ini menjadi ‘dosa’ para peneliti, karena tidak memberikan perubahan pada masyarakat yang diteliti” ujarnya memotivasi peserta. Anas Saidi yang juga menjadi reviewer pada penelitian kluster Islam Transformatif menekankan betul-betul kepada para pengusul untuk memberikan manfaat lebih kepada masyarakat dari penelitian yang akan dilaksanakan. Untuk itu, bagi beberapa dosen ada yang sudah mempertimbangkan konsekuensi tersebut biasanya mengajukan pengunduran diri. “Di kluster penelitian Islam trasformatif, ada pengusul yang mengundurkan diri ketika diminta konsekuensi dari penelitian yang diajukannya,” ujar panitia yang mengawal proses seminar kluster Islam transformatif.
Memahami maksud terminologi ‘dosa’ penelitian tersebut juga dijabarkan lebih detail oleh Anis Masykhur, Kepala Seksi Penelitian. Menurutnya, bahwa ‘dosa’ penelitian seperti itulah yang menginisiasi Diktis untuk memunculkan kluster penelitian transformatif pada tahun saat ini. “Meski penelitian transformatif mempunyai kluster sendiri, bukan berarti yang lainnya tidak transformatif. Kluster ini hanya untuk memberikan penekanan saja,” tambahnya menjelaskan.
Prof Dr. Amsal Bakhtiar, MA, Direktur Pendidikan Tinggi Islam, menyampaikan salah satu jalan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan mutu penelitian adalah rentang penyiapan harus diperpanjang. Maka dari itu, diharapkan desain je depan, masa pengusulan proposal bisa dimulai sejak dini. Jika dimungkinkan, sudah dibuka pada tahun ini juga. Semoga bermanfaat! (n15m4)
Sumber: http://diktis.kemenag.go.id/
Baca Juga:
- Istri Menteri Agama RI Kunjungi ISNJ Bengkalis, Apresiasi Kinerja Yayasan Bangun Insani
- Mahasiswa ISNJ Bengkalis Raih Prestasi Gemilang Dalam Seminar Internasional di Thailand
- ISNJ Bawa Cita Rasa Tradisional Bengkalis Ke Panggung Internasional
- ISNJ Bengkalis Gelar International Seminar Di Thailand
- KKM Internasional Kloter Pertama ISNJ Bengkalis Resmi Berangkat ke Thailand